Bismillah
Masalah hati, ia tidak bisa dipaksakan.
~~~
Ya, aku pernah mendengar seorang ustadz berkata
demikian. Pada saat itu beliau membahas terkait silsilah kesalahan wanita yaitu
membedakan anak – anak di dalam perlakuan. Bahwa tidak boleh membedakan anak –
anak dalam hal pemberian. Namun jika sudah masalah hati, ia tidak dapat
dipaksakan. Misal, orang tua condong kepada seorang anaknya,Lebih cenderung
padanya. Maka ini adalah masalah hati. Tak dapat dipaksakan. Mungkin berjalan
dengan sendirinya, pikirku demikian.
~~~
Hati atau perasaan seseorang itu timbul dengan
sendirinya dan tak bisa dipaksakan. Menyeruak begitu saja. Rasa senang, sedih,
kesal, entahlah semua berasal dari hati. Hati berekspresi dalam raut wajah.
Senyum, tawa, sedih, hingga tangis. Ku ingin tuliskan tentang menangis…
Menangis ia tidak identik dengan kesedihan. Ada
kalanya bahagia pun diekspresikan dengan tangisan. Sering kita sebut dengan
terharu. Di kala mata tak lagi kuasa menahan bening air, di kala hati sudah
buncah oleh sedih atau bahagia, ia mengalir begitu saja. Menangis karena
kesedihan? Aku tau kau pasti pernah. Setiap orang kiranya pernah merasakannya.
Bahkan Rasulullah pun menangis…
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ
فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ
أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ
أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ
الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua
berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin
Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah
kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah
orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta
izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak
diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi
kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat
mengingatkan engkau akan kematian”(HR. Muslim no.108, 2/671)
Dari artikel Keutamaan Ziarah Kubur — Muslim.Or.Id by null
Pernah mendengarkan Ust Abu Zubeir, Lc. berkata dalam ceramahnya
"wahai orang yang kehilangan ibunya, menangislah atas kehilangannya dan
perbanyaklah berdoa untuknya.. wahai orang yang kehilangan ibunya, doakanlah
ibumu.."
~~~
Untukmu wahai sahabat..
Menangislah… jangan kau tahan, aku lebih tak kuasa
melihatmu menahan tangis..
Wahai sahabat, jalan cerita yang Allah berikan
padamu, sungguh membuatku kagum, semua membuatku belajar banyak darimu. Engkau
adalah orang pilihan Allah, benar benar
orang terpilih, yang mana semoga Allah berikan balasan terbaik atas semua amal
ibadahmu, hingga kebaikan akhlakmu. Sungguh aku berikan pondasi atas jalinan
ini. Jikalau kau renggangkan jalinan ini, biarkan aku tetap memiliharanya ya
Menangislah.. ketahuilah akupun akan merasakan hal yang sama sepertimu, jika saat itu tiba
Ya Allah, sungguh segala tentang orang tua selalu
membuat melankolis…
~~~
Tulisan cukup panjang.
Pagi yang redup. Selalu saja ingin menulis di kala kemelut kewajiban dan tugas melingkupi
Pagi yang redup. Selalu saja ingin menulis di kala kemelut kewajiban dan tugas melingkupi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar