dari mana datangnya harta kita? tak lain dan tak bukan, ialah dari Allah subhanahu wa ta'ala semata..
Aku? Aku tentu pernah takut miskin. Terlebih ketika sedang sempit. Sungguh uang 1000, sangatlah berharga. Sangat menghitung – hitung pengeluaran. Defisit. Bahaya. Sungguh khawatir, bagaimana jadinya jika bulan ini defisit, arghh tidaaak -> alay.
~~~
Aku? Aku tentu pernah takut miskin. Terlebih ketika sedang sempit. Sungguh uang 1000, sangatlah berharga. Sangat menghitung – hitung pengeluaran. Defisit. Bahaya. Sungguh khawatir, bagaimana jadinya jika bulan ini defisit, arghh tidaaak -> alay.
Beasiswa. Tak dapat dipungkiri, beasiswa sangatlah diharapkan kehadirannya.
Mencoba mendaftar. Terlalu berharap. Dan,, nihil.
akan mendapat pekerjaan apa nantinya? akan mendapat penghasilan seberapa besar nantinya? CUKUP! JANGAN KHAWATIR! Karena ada jawaban atas semua pertanyaan ini. KAU TAK PERLU KHAWATIR AKAN REZEKIMU, karena Allah Subhanahu wa ta'ala Maha Kaya ^^
kiranya, bersyukur adalah kunci dari setiap kondisi kita. Baik saat kaya raya di
awal bulan, hingga kantong kering di akhir bulan. Sebuah kewajaran. Karena kita
tak bisa paksakan untuk selalu berada di atas. Semua telah di atur begitu
sempurna. Tak perlu takut miskin.
Ya sejatinya, kita tak perlu takut miskin. Mengapa? Karena yang memberi
rezeki kepada kita tak akan pernah miskin. Memohonlah padaNya, bukan memohon pada
manusia. Hal ini tentu saja karena bukan manusia yang memberi kita rezeki.
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengatur rezeki masing – masing dari kita.
Ya, benar. Jangan khawatir miskin. Jangan khawatir ketika sempit ^^
~~~
benarlah, sebaik - baik sedekah adalah ketika engkau dalam keadaan takut miskin..
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung?” beliau menjawab: “Kamu bersedekah dalam keadaan sehat, bakhil, takut miskin, menginginkan kekayaan dan tidak menunda-nunda sampai jika (nafas) sudah ditenggorokan, kamu mengatakan: “Untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian”, ingatlah bahwasanya si fulan telah memilikinya.” HR. Bukhari dan Muslim. [link]
rabbigh firly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar