Udara subuh kala itu begitu menyenangkan. Sejuk. Sore hari
sebelumnya tetes air hujan membasuh kota kepanjen. Menyisakan udara yang dingin
dan sejuk esok subuhnya. Adzan subuh, ya adzan subuh sudah berkumandang kira –
kira 30 menit yang lalu. Berjalan menuju kamar seseorang yang begitu kucintai.
Bersamanya berbincang – bincang.
~~~
Kuawali perbincangan mengenai nenekku yang akhir – akhir ini
mengeluhkan tentang sakitnya. Berganti sakit. Mengeluhkan sakit ini pada satu
kesempatan, berganti dengan sakit itu di lain kesempatan. Ingin sembuh itu
pikirku. Hingga berganti bermacam – macam obat juga yang harus nenekku lakukan.
“ibuk sekarang sering sakit – sakitan ya ma”,kataku pada beliau. Ibuuk ? ya,
nenekku lebih suka dipanggil dengan sebutan ibu, jadilah aku memanggil ibuku
dengan mama.
“yaa.. memang begitu sudah usia lanjut.” “sudah bawaannya
seperti itu”. Aku terdiam.
Tak berhenti di situ. Bercerita.
“dulu pas masih umur mama 40 pas masih di bondowoso lihat
orang – orang tua, kesulitan bangun dari duduknya. Katanya dengkul (lutut –
red) sakit. Sampai – sampai harus dibantu orang lain untuk berdiri.” Sama –
sama diam.
Jeda beberapa saat itu membuatku berpikir tentang kondisi orang
tekasihku di depanku. Membuatku tidak banyak berbicara.
Masih bercerita. “ tanda – tandanya memang sudah kelihatan
dari awal ya. dimulai dari menopause.” “
bahkan Rosulullah saja meninggal di saat usia 63 tahun. Mungkin agar umatNYA
tidak takut, karena Rosululloh saja hanya berumur segitu. Orang yang diberikan
kelebihan umur berarti ia diberikan kesempatan oleh Allah. Ya, memang harus
siap.” Berhenti.
Aku?? Kelu. Tak dapat berkata – kata. Berusaha tak menatap
beliau. Aku tak kuasa. Entah mengapa? Mungkin karena yang mengatakan hal itu
adaah orang yang begitu besar jasanya padaku, yang sungguh tak mungkin bisa
kubalas satu per satu jasanya. Yang sebaliknya dapat jadi perbuatan burukku
pada beliau jauh lebih banyak daripada kebaikan. Aku tertahan, diam. Salahnya
aku, aku tak datat berkata – kata. Salah. Jangan sampai beliau melihatku. Ku palingkan
wajah.
Tak kuasa..
“ayo sekarang goreng donat.” Seru ibuku. Ahh sontak aku
kaget. “ayooo” seruku, sambil membututi sosok yang ku berikan pondasi kuat
dalam hatiku atas dasar Engkau, wahai Allah. Kedua orang tua yang sudah pasti
harus kuberikan pondasi yang benar – benar kuat dalam hatiku.
~~~
Masih terpikirkan satu per satu kata - kata ibu. Mencernanya
baik – baik, sebagai nasehat bagiku. Wahai diriku, selagi Allah masih berikan
kesempatan padamu untuk menatap keduanya, berbincang bersama keduanya,
menjalani hari bersama keduanya, manfaatkanlah sebaik mungkin. Jangan sampai
kau buat jeda jarak antara dirimu dan keduanya. Yaa Robb, keduanya adalah anugerah
yang begitu besar dariMU. Ku bersyukur atas keduanya. Lembutkanlah aku di hadapan keduanya. Ku memohon
kepadaMU, Allah..
Ampuni keduanya, sayangilah keduanya, lindungi keduanya, bahagiakanlah
keduanya di dunia dan di akhirat. Yaa Allah, perkenankanlah keluarga kami,
keturunan kami, serta keluarga dan keturunan kaum muslimin di seluruh dunia
berkumpul di syurgaMU kelak, aamiin..
Kematian? Tak cukupkah ia sebagai pemberi peringatan bagimu,
wahai diriku?
tulisan yang panjang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar